01C-Bacaan Pilihan: Rabu, 01 April 2015
Padre
Pio berbicara dengan seorang wanita yang baru menjadi janda; suaminya
meninggalkan dia dan dua anaknya untuk tinggal dengan wanita lain selama
3 tahun. Tiba-tiba kanker merenggutnya. Ia setuju untuk menerima
sakramen-sakramen terakhir sebelum kematiannya, setelah banyak
tekanan-tekanan. Wanita itu bertanya: “Dimanakah jiwanya, Padre? Aku
belum tidur, khawatir.” “Jiwa suamimu telah dihukum selamanya,” Jawab
Padre Pio. Lalu wanita itu berkata: “Dihukum?” Pare Pio mengangguk
dengan sedih. “Saat menerima sakramen-sakramen terakhir, dia
menyembunyikan banyak dosa. Ia tidak bertobat ataupun berniat baik. Ia
juga pendosa karena melawan belaskasih Tuhan, sebab ia selalu ingin
hal-hal enak di dunia ini dan kiranya nanti memperoleh waktu untuk
dipertobatkan oleh Tuhan.
Dua
orang Freemason, dengan sengitnya melawan Tuhan dan Gereja Katholik,
memutuskan untuk memperolok pengakuan dosa terhadap Padre Pio akan
dosa-dosa yang mereka karang-karang. Tujuan mereka adalah merendahkan
Sakramen Pengakuan Dosa. Orang-orang ini mengaku dosa pada waktu yang
terpisah. Ketika mereka mulai menyebutkan dosa-dosa yang mereka
karang-karang, Padre Pio menghentikan mereka, dan berkata kepada mereka
bahwa ia mengetahui apa yang sedang mereka lakukan, dan mulai mengatakan
kepada masing-masing mereka dosa-dosa mereka yang sesungguhnya,
demikian juga waktu, tempat dan bagaimana mereka melakukan dosa mereka.
Kedua orang itu sungguh terbebani sehingga beberapa hari kemudian mereka
bertobat dari cara hidup mereka yang berdosa.
Padre
Pio adalah seorang Kapusin Fransiskan yang mendapat 5 luka Yesus
Kristus di tubuhnya yang dapat terlihat lebih dari 50 tahun. Padre Pio
juga seorang visiuner, pembaca pikiran, nabi, pekerja mukjizat, bapa
pengakuan dosa, mistikus, pertapa, dan misionari skala dunia. Ratusan
buku dan artikel telah ditulis mengenai Padre Pio. Artikel-artikel
panjang mengenai beliau telah tampil di banyak majalah termasuk
Newsweek, Time, dan The New York Times Magazine.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar