PELAYANAN
TERBAIK
Santo Fransikus Teladan
Pelayanan
Novena Hari ke-8 Santo
Fransiskus Asisi
Beginilah firman TUHAN: Aku akan kembali ke Sion dan akan
diam di tengah-tengah
Yerusalem. Yerusalem akan disebut Kota Setia, dan gunung
TUHAN semesta alam akan
disebut Gunung Kudus.
Beginilah firman TUHAN semesta alam: Akan ada lagi
kakek-kakek dan nenek-nenek duduk di
jalan-jalan Yerusalem, masing-masing memegang tongkat
karena lanjut usianya.
Dan jalan-jalan kota itu akan penuh dengan anak laki-laki
dan anak perempuan yang
bermain-main di situ.
Lukas 9: 46 - 50
Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus
tentang siapakah yang terbesar di
antara mereka. "Barangsiapa menyambut anak ini dalam
nama-Ku, ia menyambut Aku; dan
barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus
Aku. Karena yang terkecil
di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar."
Yohanes berkata: "Guru, kami lihat seorang mengusir
setan demi nama-Mu, lalu kami cegah
orang itu, karena ia bukan pengikut kita." Yesus
berkata kepadanya: "Jangan kamu cegah,
sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak
kamu.
Salah
satu ucapan yang sangat indah, bermanfaat luar biasa dan ingin kita terima dan
nikmati adalah yang dipampangkan di kantor-kantor kepolisian:”Tekadku pengabdian
terbaik”, dan sedikit lebih kabur tetapi tetap menarik adalah:”Korpri Abdi
Negara” dan semua pedagang tak mau kalah dan selalu berkata:”Service terbaik”.
Malam
ini adalah hari kedelapan dalam penyelenggaraan Novena Santo Fransiskus Asisi
di
Paroki
Asisi Jakarta. Dengan tema malam ini, Panitia ingin memudahkan dan mengajak
kita
belajar
dari sang Santo bagaimana melayani dengan benar dan bermutu. Menurut Panitia,
Santo
Fransiskus mempraktekkan pelayanan yang luar biasa hebat dan karenanya patut
diteladani
oleh kita yang hadir dan oleh banyak orang agar Kerajaan Allah semakin nyata di
dalam
kehidupan kita.
Bacaan
pertama dari Kitab Zakaria menandaskan bahwa Tuhan Allah selalu konsisten
dengan janji-Nya, tak pernah bosan dan tak pernah berhenti melakukan yang
terbaik bagi Israel.
Mungkin
tidak berlebihan mengatakan bahwa Tuhan Allahlah yang melayani Umat Israel.
Israel
boleh memberontak dan melupakan Tuhan Allah, tetapi Allah yang maharahim dan
mahasetia
itu tidak pernah melupakan atau kapok dengan Israel.
“Aku akan kembali ke Sion dan akan diam di tengah-tengah
Yerusalem. Yerusalem akan
disebut Kota Setia, dan gunung TUHAN semesta alam akan
disebut Gunung Kudus.” (Zak 8:3)
Janji-Nya
adalah pelayanan terbaik bagi Umat pilihan-Nya dengan mengembalikan Yerusalem sebagai
kota yang sangat ramah seperti dahulu kala, penuh tanda-tanda kehidupan seperti
sediakala dan akan didiami oleh orang dari semua umur:
Akan ada lagi kakek-kakek dan nenek-nenek duduk di
jalan-jalan Yerusalem, masing-masing
memegang tongkat karena lanjut usianya.
Dan jalan-jalan kota itu akan penuh dengan anak laki-laki
dan anak perempuan yang
bermain-main di situ. (Zak 8:5)
Pada
satu malam masa puasa, menurut legenda, seorang saudara menangis kelaparan
menahan
rasa laparnya. Fransiskus datang menghampirinya. Dia tidak banyak bertanya
mengapa,
tidak menegor saudara itu karena tak sanggup menahan lapar, pun tidak member nasehat
kesalehan. Fransiskus menyiapkan makanan dan makan bersama dengan saudara yang
kelaparan itu.
Fransiskus
melayani saudaranya yang tidak sanggup puasa dan menahan kelaparan itu. Dia
melayaninya
dan bahkan membatalkan puasanya .... melayaninya dengan tulus dan dengan
pengorbanan!
Melakukan yang terbaik demi kebaikan orang lain walau beban bagi diri
sendiri,
itulah pelayanan terbaik.
Kita
sungguh melayani kalau kita melepaskan sesuatu yang merupakan kenikmatan kita
demi yang kita mereka layani.
Bacaan
Injil pada hari ini menunjukkan kepada kita dua sikap yang sering terjadi dalam
hidup kita. Kita tentu ingin bahwa hidup masyarakat lebih baik, penyakit
disembuhkan, kelaparan diperangi dan kebaikan dilipatgandakan. Tetapi ada sikap
yang kurang terpuji dan sulit kita lepaskan dari diri kita. Sikap yang kurang
terpuji dengan sangat baik diungkapkan oleh Injil pada malam ini:
Yohanes berkata: "Guru, kami lihat seorang mengusir
setan demi nama-Mu, lalu kami cegah
orang itu, karena ia bukan pengikut kita."
Yesus berkata kepadanya: "Jangan kamu cegah, sebab
barangsiapa tidak melawan kamu, ia
ada di pihak kamu.(Yoa
49-50).
Yohanes
ditegur Yesus karena yang mengusir setan itu adalah orang atau anggota dari
komunitas
lain. Yohanes diberi pemahaman oleh Yesus bawa kebaikan adalah kebaikan entah siapa
melakukannya dan kejahatan adalah tetap kejahatan walaupun dilakukan siapapun.
Kita
tidak terlalu mudah menerima bahwa perbuatan baik itu dilakukan orang lain.
Kita
mestinya
bersyukur dan bangga bahwa setan diusir entah oleh siapapun.
Kita
digodai berpikir bahwa kitalah yang terbaik dan kurang sanggup menerima kenyataan
bahwa
orang lain yang memang baik dan jangan-jangan lebih baik dari kita. Lebih buruk
lagi adalah bersikap bahwa kebaikan seperti pengusiran setan dan penyembuhan
hanya terjadi melalui kita atau kelompok kita.
Padahal,
mestinya karena dan ketika menyaksikan kebaikan yang dilakukan oleh orang lain,
kita makin terdorong menghargai orang dan kebaikannya dan melakukan sesuatu
yang lebih baik lagi sebagai kontribusi kita.
Kita
perlu mengawaskan diri dan komunitas kita: Jangan-jangan sikap seperti itu juga
terdapat
di kalangan kita, di lingkungan kita dan di paroki kita. Dapatkah kita menerima
dan mengakui kebaikan yang dilakukan oleh komunitas lain? Mendukungnya dan
belajar darinya?
Itulah
artinya belajar dari Fransiskus Asisi dan hanya dengan demikian kita dapat
melayani
dengan
baik dan tulus hati.
Padre
Pio, menurut renungan hari ini di Facebook Komunitas Sahabat Padre Pio (KSPP),
merumuskan
makna melayani dengan tulus itu dengan meditasi berikut:
Never has the thought of revenge crossed my mind. I have
prayed for them (the
slanderers) and I pray. Perhaps sometimes I have said to
the Lord: "Lord if to convert them
a punishment is necessary, then give it so that they may
be saved"
Tidak pernah terlintas pemikiran akan balas dendam di
benakku. Saya telah berdoa untuk
mereka (para pemfitnah) dan saya tetap berdoa. Mungkin
kadang-kadang saya
mengatakan kepada Tuhan: "Tuhan jika untuk
menobatkan mereka hukuman sangat
diperlukan, maka berikanlah aku hukuman itu agar mereka
dapat diselamatkan"
Tema
kita ialah belajar dari Fransiskus untuk bisa melayani dengan baik dan bukan
dilayani dengan segala hormat!
Yesus
menandaskan bahwa siapa yang ingin dilayani harus siap lebih dahulu melayani
dan
siap
menjadi orang yang terakhir.
Yesus
merujuk dan memberikan referensi kepada sikap dan perlakuan kita terhadap anak-anak.
Kita
orang dewasa berprinsip bahwa anak-anak harus tunduk dan memberi hormat
kepada
orang tua.
Pelayanan
adalah sikap, perilaku dan tindakan yang terbalik. Melayani berarti
mendahulukan orang lain, menghormati orang lain, mementingkan orang lain dan
bahkan berani memasang badan untuk orang lain.
Pelayanan
sebagai tekad dan prakatek terbaik kita berarti:
1. Melakukan perbuatan yang terbaik demi kebaikan orang lain
walau nampaknya
merupakan
dan menjadi beban bagi kita sendiri. Kita sungguh melayani kalau kita
melepaskan
sesuatu yang merupakan kenikmatan kita demi yang kita mereka layani.
Kata
Padre Pio kalau perlu biar dikenakan siksa asal orang yang dilayani termasuk
para
pemfitnah diselamatkan.
2. Menaklukkan godaan dan pikiran bahwa kita yang terbaik dan
sanggup menerima
kenyataan
bahwa orang lain yang dapat berbuat baik dan bahkan mungkin lebih baik
dari
kita. Menyaksikan kebaikan yang dilakukan oleh orang lain, kita mesti makin
terdorong
menghargai orang itu dan melakukan sesuatu yang lebih baik lagi sebagai
kontribusi
kita.
3. Melayani berarti mendahulukan orang lain, menghormati
orang lain, mementingkan
orang
lain dan berani memasang badan berhadapan demi orang lain.
Tuhan
Memberkati
Paulinus
Mardame Simbolon, OFM Cap
Jakarta,
30 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar