Selasa, 01 Oktober 2013

PELAYANAN TERBAIK



PELAYANAN TERBAIK
Santo Fransikus Teladan Pelayanan
Novena Hari ke-8 Santo Fransiskus Asisi

Beginilah firman TUHAN: Aku akan kembali ke Sion dan akan diam di tengah-tengah
Yerusalem. Yerusalem akan disebut Kota Setia, dan gunung TUHAN semesta alam akan
disebut Gunung Kudus.
Beginilah firman TUHAN semesta alam: Akan ada lagi kakek-kakek dan nenek-nenek duduk di
jalan-jalan Yerusalem, masing-masing memegang tongkat karena lanjut usianya.
Dan jalan-jalan kota itu akan penuh dengan anak laki-laki dan anak perempuan yang
bermain-main di situ.

Lukas 9: 46 - 50
Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di
antara mereka. "Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan
barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil
di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar."
Yohanes berkata: "Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah
orang itu, karena ia bukan pengikut kita." Yesus berkata kepadanya: "Jangan kamu cegah,
sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu.

Salah satu ucapan yang sangat indah, bermanfaat luar biasa dan ingin kita terima dan nikmati adalah yang dipampangkan di kantor-kantor kepolisian:”Tekadku pengabdian terbaik”, dan sedikit lebih kabur tetapi tetap menarik adalah:”Korpri Abdi Negara” dan semua pedagang tak mau kalah dan selalu berkata:”Service terbaik”.

Malam ini adalah hari kedelapan dalam penyelenggaraan Novena Santo Fransiskus Asisi di
Paroki Asisi Jakarta. Dengan tema malam ini, Panitia ingin memudahkan dan mengajak kita
belajar dari sang Santo bagaimana melayani dengan benar dan bermutu. Menurut Panitia,
Santo Fransiskus mempraktekkan pelayanan yang luar biasa hebat dan karenanya patut
diteladani oleh kita yang hadir dan oleh banyak orang agar Kerajaan Allah semakin nyata di
dalam kehidupan kita.

Bacaan pertama dari Kitab Zakaria menandaskan bahwa Tuhan Allah selalu konsisten dengan janji-Nya, tak pernah bosan dan tak pernah berhenti melakukan yang terbaik bagi Israel.
Mungkin tidak berlebihan mengatakan bahwa Tuhan Allahlah yang melayani Umat Israel.
Israel boleh memberontak dan melupakan Tuhan Allah, tetapi Allah yang maharahim dan
mahasetia itu tidak pernah melupakan atau kapok dengan Israel.

“Aku akan kembali ke Sion dan akan diam di tengah-tengah Yerusalem. Yerusalem akan
disebut Kota Setia, dan gunung TUHAN semesta alam akan disebut Gunung Kudus.” (Zak 8:3)

Janji-Nya adalah pelayanan terbaik bagi Umat pilihan-Nya dengan mengembalikan Yerusalem sebagai kota yang sangat ramah seperti dahulu kala, penuh tanda-tanda kehidupan seperti sediakala dan akan didiami oleh orang dari semua umur:

Akan ada lagi kakek-kakek dan nenek-nenek duduk di jalan-jalan Yerusalem, masing-masing
memegang tongkat karena lanjut usianya.
Dan jalan-jalan kota itu akan penuh dengan anak laki-laki dan anak perempuan yang
bermain-main di situ. (Zak 8:5)

Pada satu malam masa puasa, menurut legenda, seorang saudara menangis kelaparan
menahan rasa laparnya. Fransiskus datang menghampirinya. Dia tidak banyak bertanya
mengapa, tidak menegor saudara itu karena tak sanggup menahan lapar, pun tidak member nasehat kesalehan. Fransiskus menyiapkan makanan dan makan bersama dengan saudara yang kelaparan itu.
Fransiskus melayani saudaranya yang tidak sanggup puasa dan menahan kelaparan itu. Dia
melayaninya dan bahkan membatalkan puasanya .... melayaninya dengan tulus dan dengan
pengorbanan! Melakukan yang terbaik demi kebaikan orang lain walau beban bagi diri
sendiri, itulah pelayanan terbaik.
Kita sungguh melayani kalau kita melepaskan sesuatu yang merupakan kenikmatan kita demi yang kita mereka layani.

Bacaan Injil pada hari ini menunjukkan kepada kita dua sikap yang sering terjadi dalam hidup kita. Kita tentu ingin bahwa hidup masyarakat lebih baik, penyakit disembuhkan, kelaparan diperangi dan kebaikan dilipatgandakan. Tetapi ada sikap yang kurang terpuji dan sulit kita lepaskan dari diri kita. Sikap yang kurang terpuji dengan sangat baik diungkapkan oleh Injil pada malam ini:

Yohanes berkata: "Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah
orang itu, karena ia bukan pengikut kita."
Yesus berkata kepadanya: "Jangan kamu cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia
ada di pihak kamu.(Yoa  49-50).

Yohanes ditegur Yesus karena yang mengusir setan itu adalah orang atau anggota dari
komunitas lain. Yohanes diberi pemahaman oleh Yesus bawa kebaikan adalah kebaikan entah siapa melakukannya dan kejahatan adalah tetap kejahatan walaupun dilakukan siapapun.
Kita tidak terlalu mudah menerima bahwa perbuatan baik itu dilakukan orang lain. Kita
mestinya bersyukur dan bangga bahwa setan diusir entah oleh siapapun. 

Kita digodai berpikir bahwa kitalah yang terbaik dan kurang sanggup menerima kenyataan
bahwa orang lain yang memang baik dan jangan-jangan lebih baik dari kita. Lebih buruk lagi adalah bersikap bahwa kebaikan seperti pengusiran setan dan penyembuhan hanya terjadi melalui kita atau kelompok kita.
Padahal, mestinya karena dan ketika menyaksikan kebaikan yang dilakukan oleh orang lain, kita makin terdorong menghargai orang dan kebaikannya dan melakukan sesuatu yang lebih baik lagi sebagai kontribusi kita.

Kita perlu mengawaskan diri dan komunitas kita: Jangan-jangan sikap seperti itu juga
terdapat di kalangan kita, di lingkungan kita dan di paroki kita. Dapatkah kita menerima dan mengakui kebaikan yang dilakukan oleh komunitas lain? Mendukungnya dan belajar darinya?
Itulah artinya belajar dari Fransiskus Asisi dan hanya dengan demikian kita dapat melayani
dengan baik dan tulus hati.
Padre Pio, menurut renungan hari ini di Facebook Komunitas Sahabat Padre Pio (KSPP),
merumuskan makna melayani dengan tulus itu dengan meditasi berikut: 

Never has the thought of revenge crossed my mind. I have prayed for them (the
slanderers) and I pray. Perhaps sometimes I have said to the Lord: "Lord if to convert them
a punishment is necessary, then give it so that they may be saved"

Tidak pernah terlintas pemikiran akan balas dendam di benakku. Saya telah berdoa untuk
mereka (para pemfitnah) dan saya tetap berdoa. Mungkin kadang-kadang saya
mengatakan kepada Tuhan: "Tuhan jika untuk menobatkan mereka hukuman sangat
diperlukan, maka berikanlah aku hukuman itu agar mereka dapat diselamatkan"


Tema kita ialah belajar dari Fransiskus untuk bisa melayani dengan baik dan bukan dilayani dengan segala hormat!
Yesus menandaskan bahwa siapa yang ingin dilayani harus siap lebih dahulu melayani dan
siap menjadi orang yang terakhir.
Yesus merujuk dan memberikan referensi kepada sikap dan perlakuan kita terhadap anak-anak.

Kita orang dewasa berprinsip bahwa anak-anak harus tunduk dan memberi hormat
kepada orang tua.
Pelayanan adalah sikap, perilaku dan tindakan yang terbalik. Melayani berarti mendahulukan orang lain, menghormati orang lain, mementingkan orang lain dan bahkan berani memasang badan untuk orang lain.

Pelayanan sebagai tekad dan prakatek terbaik kita berarti:

1. Melakukan perbuatan yang terbaik demi kebaikan orang lain walau nampaknya
merupakan dan menjadi beban bagi kita sendiri. Kita sungguh melayani kalau kita
 melepaskan sesuatu yang merupakan kenikmatan kita demi yang kita mereka layani.
Kata Padre Pio kalau perlu biar dikenakan siksa asal orang yang dilayani termasuk
para pemfitnah diselamatkan.
2. Menaklukkan godaan dan pikiran bahwa kita yang terbaik dan sanggup menerima
kenyataan bahwa orang lain yang dapat berbuat baik dan bahkan mungkin lebih baik
dari kita. Menyaksikan kebaikan yang dilakukan oleh orang lain, kita mesti makin
terdorong menghargai orang itu dan melakukan sesuatu yang lebih baik lagi sebagai
kontribusi kita.
3. Melayani berarti mendahulukan orang lain, menghormati orang lain, mementingkan
orang lain dan berani memasang badan berhadapan demi orang lain.

Tuhan Memberkati
Paulinus Mardame  Simbolon, OFM Cap
Jakarta, 30 September 2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar