Selasa, 15 November 2011

MANUSIA PENGHARAPAN


MANUSIA PENGHARAPAN

Paulinus Mardame Simbolon, OFM Cap



1.      Pengantar
“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” (Rom 12:12).
Mungkin kutipan dari Surat Paulus kepada umat di Roma ini menjadi inspirasi biblis yang paling tepat permenungan kita pada hari ini pada saat kita juga hendak belajar dan berdoa bersama sebagai komunitas. Hal ini dengan sendirinya juga mengingatkan kita akan semboyan kesayangan kita yang diwariskan oleh Padre Pio:”Pray, Hope and Don’t Worry”.
Pokok percakapan kita ini diinpirasikan pertama-tama oleh obsessi Padre Pio yang selama hidupnya senantiasa berupaya meringankan penderitaan orang lain. Keprihatinan dan upaya itu kemudian secara nyata memuncak pada berdiri dan berfungsinya rumahsakit besar dan modern di San Giovanni Rotondo yang diberi nama Casa Sollievo della Sofferenza, House for Relief of the Suffering atau Rumah Untuk Meringankan Penderitaan.
Sulit dibayangkan bagaimana rumahsakit besar yang kemudian menjadi lambang dan bukti keutamaan dan keprihatinan Padre Pio ini dapat berdiri sebagaimana kelihatan dewasa ini. Rumahsakit itu juga menjadi inspirasi bagi para anggota komunitas sahabat dan kelompok doa Padre Pio untuk ikut berbuat dan berbakti guna meringankan penderitaan banyak orang di dunia.
Saya kira ada dua hal yang turut beperanserta dalam kenyataan itu: Padre Pio yang selalu berharap dan penuh pengharapan. Dalam pengharapan sikap dan seluruh tindakan pelayanannya yang ditujukan demi orang lain. Kedua, keyakinan dan pemasrahan bahwa Tuhan selalu menyediakan yang terbaik bagi kita manusia.
Pokok renungan kita adalah menimba semangat dan warisan itu dengan menjadi Manusia Pengharapan atau Man/Woman of Hope karena Padre Pio adalah manusia pengharapan dalam arti sebenarnya dan yang pasti menghendaki kita juga berada pada arah yang sama.
Untuk semakin mudah menangkap gagasan dan keyakinan ini, marilah kita berdoa bersama: Datanglah kepada-Ku (MT: 8)

2.      Doa Datanglah kepada-Ku!

Datanglah kepada-Ku,
sebagaimana Aku telah datang kepadamu
dalam kehadiran Ekaristik-Ku
Datanglah ke Tabernakel-Ku, hai kamu semua yang letih
dan mencari tempat perlindungan dan penghiburan
Datanglah kepada-Ku,
kamu semua yang bekerja keras dan menanggung beban
dan Aku akan memberikanmu istirahat dan penghiburan
Aku akan membuatmu melupakan kesulitan hidup,
penindasan waktu dan memulihkan kekuatanmu.
Aku akan melepaskanmu dari kekhawatiran,
 kecemasan dan obsesimu
dan membiarkanmu menghirup damai karena penghampaan dirimu yang total.
Aku akan membebaskanmu dari kepahitan, dari kesedihan yang diakibatkan
oleh penderitaan dan pengejaran tiap hari pada jiwamu
Dan aku akan membiarkanmu menemukan kebahagiaanmu kembali.
Aku akan menganugerahkan damai pada pikiiran dan hatimu,
mengenyahkan keragu-raguan dan ketetakutanmu,
mengijinkan engkau mengerti ajaran-Ku.
Aku akan menganugerahkan damai dalam hatimu dengan damai-Ku sendiri, memenuhi aspirasimu yang terdalam
Aku akan membagikan istirahat-Ku bersamamu,
istirahat abadi yang merupakan kepuasan cinta yang tertinggi.

3.      Manusia pengharapan
Doa di atas menyatakan kepercayaan dan keyakinan Padre Pio sebagai manusia pengharapan yang selalu yakin dan percaya bahwa selalu ada jalan keluar buat masalah dan persoalan apapun di dunia ini.
Dan aku akan membiarkanmu menemukan kebahagiaanmu kembali.
Aku akan menganugerahkan damai pada pikiiran dan hatimu,
mengenyahkan keragu-raguan dan ketetakutanmu,
mengijinkan engkau mengerti ajaran-Ku.

Penting dan mendasar adalah sikap untuk senantiasa datang kepada Dia dan meleburkan diri pada-Nya dan senantiasa berharap dengan pengharapan yang teguh sebagaimana dimohonkan oleh Santo Fransiskus di depan Salib San Damiano:
Allah yang mahatinggi dan penuh kemuliaan
terangilah kegelapan hatiku dan berilah aku
iman yang lurus, pengharapan yang teguh
dan kasih yang sempurna.

Berguru dan menimba semangat dan ilham dari Padre Pio, satu hal yang dapat kita jadikan sebagai inspirasi dan kekuatan bagi hidup kita adalah undangan atau ajakan menjadi manusia pengharapan atau man/woman of hope.
Dengan manusia pengharapan dimaksudkan pertama-tama adalah orang yang ditegaskan Paulus Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” (Rom 12:12). Hidup dan pejiarahan kita mestilah ditandai oleh ketiga sikap itu berhadapan dengan kondisi apapun. Melengkapi seruan akan pengharapan itu Rasul Paulus juga menandaskan:”Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?” (Rom 8:24) patut menjadi renungan kita yang serius.
Bercermin pada pengalaman dan spiritualitas Padre Pio, untuk menjadi manusia pengharapan kita dapat memetakan 3 panggilan perutusan atau spiritualitas yang terus-menerus harus dipupuk dan dikembangkan.
Kita akan amat tertolong menjadi manusia pengharapan bila:

3.1.            Meminimalkan persoalan
Kita sering berhadapan dengan pelbagai persoalan dan kesulitan.  Bahkan kenyataan seperti itu bisa kita alami setiap hari. Tiada hari tanpa persoalan tetapi sekaligus juga tiada hari tanpa rahmat Tuhan Allah.
Terdapat dua sikap yang salah atau keliru berhadapan dengan persoalan atau kesulitan itu yakni: melebih-lebihkan atau terlalu menyepelekan. Kedua sikap ini dapat justru menghalangi kita mengatasi kesulitan atau masalah dan malahan dapat merusak perkembangan diri kita sendiri.
Manusia pengharapan pertama-tama meletakkan setiap persoalan pada posisi dan menurut porsinya dan selanjutnya melihat kemungkinan bagaimana persoalan atau kesulitan itu sekurang-kurangnya dapat diminimalkan dan kemudian diselesaikan.
Meminimalkan persoalan berarti mengambil sikap dan keputusan bahwa kita sendiri ingin turut menyelesaikannya. Dengan sikap itu kita tertolong dan kitapun turut menguatkan pengharapan dalam diri orang lain. Kita memperlihatkan bahwa selalu ada kemungkinan untuk menjadi lebib baik. Beban dan kesulitan diringankan walau jalan yang harus ditempuh tidak selalu pendek dan mudah.
Manakala kita melihat setiap persoalan menurut porsinya, kita lebih dimudahkan mencari solusi atasnya.
Sesudah itu kita bergerak kepada sikap dan tindakan kedua yakni mempercekil persoalan besar dan meniadakan persoalan kecil.
Demikian energi dapat kita gunakan untuk mencari solusi dan dengan bersikap seperti itu kita adalah manusia pengharapan.

3.2.            Menunjuk jalan
Kita menjadi manusia pengharapan bila pertama-tama kita berupaya menemukan jalan sebagaimana diundang oleh Yesus Kristus:”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoa 14: 6).
Kita perlu yakin bahwa kita berada di jalan yang benar dan hanya dengan demikian kita dapat menunjuk jalan kepada orang yang sedang tersesat dan mencari arah dalam situasi dan perjuangan  hidup.
Untuk berada di jalan yang benar, kita perlu memelihara hubungan dan kedekatan dengan Tuhan yang adalah Jalan Sejati. Kita perlu melihat ke dalam diri sendiri dalam doa dan spiritualitas kita setiap hari. Kita berada di jalan yang benar dan dapat menunjukkan jalan yang benar bila kita sendiri setia menjalankan meditasi, kontemplasi dan bahkan adorasi dari waktu ke waktu.
Kita tidak senantiasa dapat menolong orang lain secara langsung, tetapi dengan menunjuk kemungkinan atau memberikan informasi, sesungguhnya kita menimbulkan pengharapan dalam diri orang tersebut dan pada saat yang sama kita mengembangkan pengharapan itu dalam diri kita sendiri.
.
3.3.            Meringankan penderitaan orang
Padre Pio menyaksikan pada masa pelayanannya bahwa datang sedemikian banyak orang ke San Giovanni Rotondo untuk memohon doa dan pelepasan dari pelbagai kesulitan terutama orang-orang sakit, menderita dan miskin. Dia sendiripun sangat menderita pertama karena keadaan kesehatan fisiknya dan kedua karena penderitaan orang lain yang dihadapinya dan tentu karena dipersatukan dengan penderitaan Kristus:”Saya menyatukanmu dengan penderitaan-Ku”. Selama 50 tahun Padre Pio sungguh tersalibkan, namun dalam pelayanannya sebagai imam Padre Pio adalah dokter penderitaan. Dia menyembuhkan orang dari berbagai penyakit dan selalu ingin berbuat lebih banyak lagi bagi umat yang menderita karena dia teguh berharap dan percaya kepada kekuatan pengharapan.
Oleh pengharapan, Padre Pio dikuatkan dalam pelayanannya meringankan derita orang lain. Dan dengan mengukuhkan pengharapan dalam diri setiap orang yang datang kepadanya meminta nasehat atau pelayanan sakramen pengampunan dosa dan doanya, Padre Pio mengukuhkan pengharapan itu dan pada gilirannya pengharapan itu menjadi kekuatan yang meminta dan memperoleh kekuatan dan kesembuhan.
Padre Pio adalah manusia pengharapan yang sejat dan menolong setiap orang yang datang kepadanya agar menjadi manusia pengharapan, baik dalam selama hidupnya maupun pada saat ini juga.

4.      Penutup
Hidup, sikap dan kata-kata kita sendiri merupakan penunjukan jalan yang paling ampuh. Kita hanya dapat menunjuk jalan bila kita sendiri sudah berada di jalan itu.
Doa kita yang tulus akan nampak dan kelihatan juga dalam cara kita melaksanakan ketiga hal yang disebut di atas.

Jakarta, 12 Nopember 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar