Senin, 23 September 2019

SEJARAH RELIKWI PADRE PIO DI INDONESIA

Adalah suatu anugerah bahwa Komunitas Sahabat Padre Pio (KSPP) Indonesia dan Paroki Santo Fransiskus Asisi Tebet Jakarta, boleh memiliki relikwi kelas dua dari Santo Pio. Pemberian relikwi ini bagaikan sebuah keajaiban, mengingat sejarah yang cukup panjang dan perjuangan yang tidak gampang untuk bisa mendapatkan relikwi St. Pio.

Kisahnya berawal ketika kunjungan pertama yang merupakan suatu privilege dari Pusat Doa Padre Pio di San Giovanni Rotondo buat Paroki Santo Fransiskus Asisi Tebet Jakarta. Kunjungan itu terjadi pada bulan September 2010 dengan kehadiran Padre Ermelindo Di Capua OFMCap. Pada saat kunjungan tersebut berlangsung, KSPP berkenan menjadi organisator dan sekaligus pelaksana serta tuan rumah. Kunjungan tersebut sesungguhnya adalah bagian dari lawatan yang tak dibayangkan dari Padre Ermelindo Di Capua OFMCap., yang membawa Relikwi Padre Pio berupa bekas tetesan darah Padre Pio, ke Australia, Selandia Baru dan Asia.

Nuncio Takhta Suci untuk Indonesia ketika itu, Mgr. Guido Girelli berupaya memfasilitasi agar Padre Ermelindo diterima datang ke Paroki Asisi Tebet untuk memperkenalkan Spiritualitas Padre Pio dan mengajak Umat berdoa bersama. Beliau menganjurkan agar kunjungan itu diterima di Paroki Asisi Tebet yang kebetulan dilayani oleh para saudara Kapusin, sebagaimana Padre Pio juga adalah seorang Kapusin.

Kehadiran Padre Ermelindo dirasakan istimewa terutama melalui sharing-sharing beliau ketika memperkenalkan sosok sang Santo di abad millenium ini. Sharing yang bersumber dari pengalaman pribadi Padre Ermelindo ketika mendampingi dan menjadi staff Padre Pio selama  beberapa tahun, seolah-olah menghadirkan secara nyata sosok Padre Pio.

Selama pertemuan spiritualitas Padre Pio di di Paroki St Fransiskus Asisi, Komunitas Sahabat Padre Pio merancang kegiatan triduum yang terdiri dari: Penayangan Film Padre Pio, katekese dan pendalaman spiritualitas Padre Pio. Diadakan juga diskusi dan sharing di antara peserta yang datang dari berbagai paroki di Keuskupan Agung Jakarta, Bogor dan Bandung. Rekoleksi juga diadakan dengan tema khusus tentang Padre Pio. Dalam Perayaan Ekaristi dan Adorasi umat yang hadir diberi kesempatan dengan doa pribadi, penghormatan Relikwi Padre Pio dan doa-doa penyembuhan. Setiap orang bebas memilih dan datang pada kesempatan yang paling tepat baginya untuk berdoa, memuliakan Tuhan, memohon kuasa dan rahmat Tuhan dan kesembuhan atas berbagai penyakit.

Delapan tahun kemudian, pada Bulan Oktober 2018, Padre Luciano Lotti OFMCap., Sekretaris Jenderal Kelompok Doa Padre Pio dari Biara Kapusin San Giovanni Rotondo, didampingi Padre Nicola Monopoli OFMCap., berkenan datang ke Indonesia untuk menjawab kerinduan umat akan sapaan dan sentuhan yang mendekatkan umat kepada sosok Santo Pio yang bersahaja  yang biasa dikenal dengan panggilan dan sebutan Padre Pio.
Proses korespondensi terus-menerus yang dilakukan oleh KSPP yang diwakili oleh Romo Paulinus M Simbolon OFMCap selaku moderator pertama dan pendiri komunitas bersama Dr Murcuanto Diwanto pada akhirnya membuahkan hasil.
Atas upaya dan undangan dari Komunitas Sahabat Padre Pio, maka Padre Luciano Lotti ditemani Padre Nicola Monopoli,  dua orang imam kapusin dari Biara San Giovanni Rotondo, datang dan berada di Indonesia selama 10 hari dari tanggal 10-20 Oktober 2018. Bersamaan dengan kunjungan itu mereka juga membawa Relikwi St. Padre Pio.

Untuk memberikan dukungan spiritual dan semangat bagi Kelompok Doa Padre Pio di Indonesia, tersiar kabar bahwa Kelompok Doa Padre Pio Pusat di San Giovanni Rotondo akan memberikan satu relikwi Padre Pio kepada Ordo Kapusin Provinsi Medan yang kemudian disampaikan melalui Romo Kornelius Sipayung OFMCap, Minister Provinsial Kapusin Medan, kini menjadi Uskup Agung Medan, ketika beliau sedang mengikuti Kapitel Jenderal Kapusin di Roma. Relikwi kelas dua itu adalah sepotong dari kain pembalut luka di dada Padre Pio.
Relikwi ini digunakan untuk pertama kali ketika diadakan pertemuan pendalaman spiritualitas di Paroki Santo Fransiskus Asisi Tebet Jakarta, pada 12 Oktober 2018 yang kemudian secara menetap disimpan dan digunakan untuk devosi di Medan.
Sebagai upaya menguatkan iman umat di Indonesia pada umumnya dan Komunitas Sahabat Padre Pio khususnya, akan karya Allah lewat Santo Pio, Padre Luciano Lotti juga menyerahkan relikwi kelas dua lainnya berupa sarung tangan yang dipakai Padre Pio selama hidupnya untuk membungkus luka di tangannya. Relikwi ini diberikan langsung kepada Pengurus Komunitas Sahabat Padre Pio.


Relikwi tersebut kini disimpan di Pastoran Paroki Santo Fransiskus Asisi Tebet Jakarta dan akan digunakan oleh KSPP dan kelompok lain sebagai sarana doa dan devosi kepada Padre Pio sesuai dengan kebiasaan dan ajaran Gereja Katolik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar