Kamis, 20 November 2014

BULETIN P H D (PRAY, HOPE, AND DON'T WORRY) 02/2014



“Lihatlah ketenaran yang dia miliki ! Berapa banyak pengikutnya dari seluruh dunia. Mengapa? Apakah karena beliau adalah seorang filsuf, ilmuwan? Tidak, semua ini terjadi karena beliau merayakan Misa dengan rendah hati, mendengarkan pengakuan dosa dari pagi sampai malam dan menjadi representasi dari Tuhan Yesus yang menandainya dengan luka-lukaNya (stigmata). Beliau benar-benar manusia pendoa dan penderita.”
-Paus Paulus VI

Cerita tentang penyembuhan Giovanni Savino berikut ini didokumentasikan dengan baik dan didukung dengan informasi dan analisis faktual. Pastor Dominic Meyer, sekretaris Padre Pio selama dua belas tahun, menuliskan secara detail mengenai penyembuhan Giovanni di bulan Juli di tahun 1949. Ketika kisah ini dipublikasikan untuk pertama kalinya, hal ini menarik banyak peziarah untuk datang mengunjungi San Giovanni Rotondo.

Penyembuhan Giovanni Savino

Giovanni Savino, seorang pekerja konstruksi dan seorang anggota Ordo Ketiga Santo Fransiskus, adalah seorang anak spiritual Padre Pio. Pada Februari 1949, Giovanni sedang menyelesaikan konstruksi paviliun biara Padre Pio. Para pekerja sedang meratakan tanah dan bersiap-siap meledakkan batu besar.

Sudah menjadi kebiasaan bagi Giovanni untuk menghadiri Misa pagi yang dipimpin Padre Pio sebelum bekerja. Seusai Misa, Giovanni akan menunggu di sakristi untuk menerima berkat dari Padre Pio. Setiap pagi Padre Pio akan menumpangkan tangannya di kepala Giovanni dan berdoa untuknya.

Suatu pagi Padre Pio melakukan hal di luar kebiasaan rutinnya. Ketika Giovanni minta diberkati, Padre Pio memeluknya erat dan berkata, “Berbesar hatilah! Aku berdoa kepada Tuhan supaya engkau tidak akan meninggal.” Giovanni sangat terkejut dengan kata-kata Padre Pio. Ia mulai menangis. “Padre Pio, apa yang akan terjadi padaku?” tanya Giovanni. Namun Padre Pio tetap diam.

Tiga hari ke depan Giovanni terus meminta berkat, namun Padre Pio hanya memeluknya dan mengatakan hal yang sama. Ketika beliau mengulangi kata-kata yang sama di hari keempat, Giovanni berkata pada pekerja konstruksi lainnya, “Saya takut ada sesuatu buruk yang akan terjadi. Mungkin sebaiknya kita tidak usah bekerja hari ini.” Namun pekerja lainnya memutuskan untuk tetap menghancurkan bebatuan dan meratakan tanah.

Siang itu Giovanni dan seorang pekerja lainnya mendapat tugas meletakkan dinamit di bawah batu besar. Giovanni menyalakan sumbu dinamit, namun dinamit tidak meledak. Setelah beberapa menit ia kembali untuk memeriksa dinamit tersebut. Tepat ketika ia membungkuk, dinamit tersebut meledak di mukanya. Bebatuan jatuh mengenai Giovanni. Batu yang dipijaknya jatuh dan ia kehilangan kesadaran. Seluruh mukanya dipenuhi luka bakar dan kulitnya terkelupas. Mata kirinya kemasukan kerikil dan bebatuan, sedangkan mata kanannya sepenuhnya hilang, dengan sedikit daging tersisa di lubang matanya.

Giovanni segera dibawa ke rumah sakit. Mata kirinya segera dioperasi namun tidak ada yang dapat dilakukan terhadap mata kanannya. Dokter memberitahu istri Giovanni bahwa kedua mata suaminya sudah rusak. Padre Pio diberitahu tentang kecelakaan yang menimpa Giovanni dan bahwa Giovanni telah menjadi buta. “Hal itu belum pasti,” ucap Padre Pio.

Giovanni sadar setelah tiga hari. Seluruh kepala dan mukanya tertutup oleh perban. Ia diberitahu bahwa ada kemungkinan mata kirinya bisa diselamatkan, namun tidak ada harapan bagi mata kanannya. Di saat yang sama, Padre Pio meminta semua orang untuk berdoa untuk Giovanni. Beliau mengeluarkan Sakramen Mahakudus dan berkata, “Bapa, kupersembahkan kepada-Mu satu mataku untuk Giovanni, karena ia adalah seorang ayah dari sebuah keluarga.”

Suatu malam, setelah 10 hari berada di rumah sakit, ketika Giovanni sedang berdoa rosario, ia mencium bau harum “aroma surgawi”, sangat indah, sangat surgawi. Bau harum tersebut menandakan kehadiran Padre Pio.

Giovanni merasakan tamparan ringan di mata kanannya, yang hancur terkena ledakan dinamit. “Siapakah yang menyentuh saya?” begitu kata Giovanni. Namun tidak ada siapapun di sana. Ia merasa seakan seseorang sedang berdiri di sebelah ranjangnya. Lalu ia sadar bahwa Padre Pio sedang datang. “Kembalikan penglihatan saya, Padre Pio, atau biarkan saya mati,” ucap Giovanni. “Saya tidak sanggup hidup seperti ini.”

Paginya, ketika dokter melepas perbannya, ia menyadari bahwa seluruh muka Giovanni sudah sembuh dan ditumbuhi kulit baru. Lalu dokter tersebut memeriksa mata Giovanni. “Saya dapat melihatmu!” ucap Giovanni. “Saya dapat melihatmu dengan mata kanan saya!”
Dokter bersikeras bahwa Giovanni sedang melihat menggunakan mata kirinya, karena mata kanannya sudah sepenuhnya rusak. Setelah pemeriksaan lebih lanjut, terbukti bahwa Giovanni mengatakan yang sebenarnya. Ia tidak dapat melihat melalui matanya yang sudah dibersihkan dari serpihan batu, namun ia bisa melihat melalui matanya yang hancur berkeping-keping terkena ledakan dinamit.

Dokternya sangat terkejut dan berkata, “Siapakah santo di balik ini? Siapakah pelindungmu?” Giovanni menjawab, “Saya berdoa melalui Padre Pio dan beliau telah merawat saya.” Dokternya, yang merupakan seorang atheis, lalu berkata, “Sekarang saya pun percaya. Saya percaya karena semua ini terjadi di depan mata saya.”

Ketika Giovanni keluar dari rumah sakit, ia pergi ke biara untuk mengucapkan terima kasih kepada Padre Pio atas doa-doanya. Padre Pio berkata, “Mari kita mengucap syukur kepada Bapa karena engkau tidak meninggal.” Lalu beliau menambahkan pada Giovanni, “Kalau saja anda tahu harga apa yang harus saya bayar.”

Pieter Cugino yang biasa mengunjungi biara Padre Pio, mengatakan: Suatu hari di kebun, setelah berbicara kepada beberapa biarawan, Padre Pio tiba-tiba berucap, “Saya buta. Saya tidak dapat melihat apapun.” Setelah beberapa waktu, penglihatan Padre Pio kembali. Di saat tidak semua orang memahami insiden ini, kita tahu bahwa Padre Pio banyak mempersembahkan doa dan pengorbanan untuk Giovanni dan mendorong kita untuk melakukan hal yang sama untuk orang lain.

Sebagai ucapan terima kasih atas mukjizat yang ia alami, Giovanni dan istrinya mempersembahkan kepada Tuhan anak yang sedang dalam kandungan istrinya. Padre Pio lalu menamai anak ini Francesco, dan ia tumbuh menjadi seorang imam Capuchin.

Pastor Raffaelle, satu dari biarawan di San Giovanni Rotondo menganjurkan Giovanni untuk pergi ke Roma dan mengunjungi dokter mata lain yang dapat menyembuhkan mata kirinya. Giovanni meminta tanggapan Padre Pio akan perihal ini, namun Padre Pio berkata, “Tidak perlu. Kita telah mendapatkan berkah yang kita minta. Walaupun engkau pergi ke Roma, kondisimu tidak akan menjadi lebih baik dari yang sekarang kau alami.”

Giovanni bukan satu-satunya anggota  keluarga yang mendapat berkah dari doa-doa Padre Pio. Anak-anak Giovanni juga mendapat pertolongan di saat-saat krisis. Putri termuda Giovanni, Lina, sedang dalam perjalanan menuju sebuah pesta ulang tahun ketika ia tertabrak sepeda motor. Ini terjadi saat rumah sakit Padre Pio belum dibangun, Lina dibawa ke UGD dan tidak sadarkan diri dalam perjalanan. Lina mengalami koma karena trauma di kepalanya dan terjadi beberapa pendarahan dalam tubuhnya.

Giovanni dan istrinya bergegas pergi ke biara dan memberi tahu Padre Pio. Pasangan ini mendeskripsikan “Padre Pio melihat ke surga seakan ia melihat realitas lain,” dan berkata, “Mari kita semua berdoa untuk Lina dan menyerahkan semua ini ke dalam tangan Bapa di surga.” Setelah itu kondisi Lina membaik dengan cepat dan ia sembuh sepenuhnya.

Walaupun banyak orang  yang disembuhkan dengan perantaraan doa Padre Pio, seperti dalam penyembuhan Giovanni Savino, beliau tidak pernah mau menerima pujian. “Tidak ada yang karenaku. Saya bukanlah seorang pembuat mujizat. Tanpa bantuan Tuhan saya tidak lebih dari seorang pendosa.” Ketika orang-orang datang untuk mengucapkan terima kasih kepada Padre Pio atas doa-doanya, beliau akan menjawab, “Jangan berterima-kasih kepadaku. Berterima-kasihlah kepada Bapa dan Bunda kita. Mereka yang bertanggung jawab di balik kesembuhanmu.”

Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Oleh sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut. (Mazmur 46: 1,2)

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Surat Padre Pio kepada Paus Paulus VI

Padre Pio memiliki devosi mendalam terhadap sang Paus. Setiap hari Padre Pio bangun pada pukul dua subuh dan mulai berdoa. Lampu di kamar Padre Pio harus ditutupi agar cahayanya tidak menyilaukan, namun penutupnya dibuka sedemikian rupa hingga cahayanya selalu jatuh menyinari foto gambar Bapa Paus yang diletakkan di meja. Sebelum cahaya jatuh tepat di gambar Bapa Paus, Padre Pio tidak akan merasa puas. Beginilah Padre Pio memulai harinya --berdoa untuk Bapa Suci. Tidak lama sebelum wafat, beliau menulis sepucuk surat untuk Paus Paulus VI. Kata-kata beliau masih relevan hingga hari ini.

Yang Mulia,

… Di dalam semangat iman, kasih, dan kepatuhan terhadap Dia yang Maha Besar yang engkau wakili di dunia ini, saya haturkan hormat saya kepada Anda…

Saya tahu hati Anda banyak menderita  karena persoalan-persoalan yang terjadi dalam Gereja; untuk perdamaian dunia, untuk memenuhi kebutuhan besar umat; namun diatas semua itu, untuk kurangnya ketaatan orang-orang terhadap pengajaran Anda -- yang diinspirasikan oleh Roh Kudus dan dalam nama Bapa di surga -- yang disampaikan kepada kami. Saya persembahkan doa dan penderitaan untuk Yang Mulia, memohon pada Bapa untuk menghibur Anda dengan kasih karunia-Nya agar Anda dapat melanjutkan jalan-Nya -- yang kadang berbeban berat -- dalam mempertahankan kebenaran-kebenaran kekal yang tak akan pernah berubah dengan berjalannya waktu.

Semoga Bapa menganugerahkan kemenangan akan kebenaran, perdamaian bagi Gereja-Nya, sehinga ketika awan-awan yang mengganggu ini terlewati, Kerajaan Allah bisa memenangkan semua hati, melalui karya-karya kerasulan Gembala Agung bagi semua umat Kristiani.

Bersujud di kaki Anda, saya mohon Anda memberkati saya, saudara-saudari saya dalam iman, anak-anak rohani saya, kelompok doa saya, dan semua orang sakit -- supaya kita setia  melakukan semua perbuatan baik dalam nama Yesus Kristus dan di bawah perlindungan Anda.

Hamba dari Yang Mulia,

Padre Pio, Capuchin
San Giovanni Rotondo, 12 September 1968

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Padre Pio dan kawan-kawan-nya

Pauline Bongiovanni dari San Diego berbagi tentang pengalamannya dalam salah satu acara devosi terhadap Padre Pio. Ia menceritakan tentang rahmat yang diterima keluarganya lewat perantaraan doa Padre Pio. Kisahnya begitu inspiratif hingga kami ingin memasukkannya di sini.

Pada tahun 1972, putra Pauline dan Joseph Bongiovanni yang berusia sepuluh tahun; Ignazio (Zino) Bongiovanni, didiagnosa osteosarcoma, salah satu jenis kanker tulang yang paling agresif dan mematikan. Kondisi Zino sudah di stadium lanjut, sehingga usia Zino diperkirakan tidak lebih dari tiga bulan lagi. Dokter mengatakan tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk Zino. Keluarga Bongiovanni lalu membawa Zino ke dokter lain dengan harapan mendapatkan jawaban yang berbeda, namun dokter kedua juga mengatakan hal yang sama dengan dokter pertama. Pauline bertanya kepada dokter kedua, tidak adakah apapun yang dapat dilakukan untuk putranya. Dokter itu berkata bahwa ia bisa saja mengamputasi kaki Zino, namun ia tidak menganjurkannya karena walaupun langkah ini diambil, kemungkinan hidup Zino hanya akan menjadi 5%. Dokter tersebut berkata bahwa mungkin akan lebih baik bagi Zino untuk hidup sesuai dengan waktunya yang tersisa tanpa harus menderita trauma amputasi.

Pauline dan suaminya harus mengambil keputusan besar mengenai penanganan medis bagi putra mereka. Suatu hari, dalam kondisi penuh kegelisahan, Pauline mengunjungi kapel rumah sakit dan berlutut berdoa meminta bimbingan.

Tidak lama kemudian seorang pria masuk ke dalam kapel. Ia menyentuh bahu Pauline dan bertanya apakah ada yang dapat ia lakukan untuk membantu Pauline. Pauline merasa malu karena sedang menangis, oleh karena itu ia tidak membalikkan badan untuk menghadap pria asing tersebut. Ia menggelengkan kepala sebagai pertanda ia tidak ingin berbicara. Beberapa saat kemudian pria ini menepuk pundaknya lagi dan berkata, “Biarkan saya membantumu. Mungkin saya bisa memberikan saran untukmu.” Pauline terkejut oleh kata-kata tersebut karena di saat itu ia sedang berdoa kepada Bunda Maria meminta saran. Sekali lagi ia menolak untuk berbicara kepada pria itu. Untuk ketiga kalinya pria itu menepuk pundak Pauline dan Pauline akhirnya menoleh untuk melihat pria yang sangat bersikeras ini. Pauline sangat amat kaget. “Saya tidak percaya ini,” ucapnya pada dirinya sendiri. “Ini Santo Yosef.”
Tentu saja ia sadar bahwa pria ini tidak benar-benar Santo Yosef, tetapi orang ini mengingatkannya pada Santo Yosef. Kedua bola matanya begitu besar dan indah. Ia memiliki jenggot. Raut mukanya menunjukkan perhatian dan cinta. Pauline memberitahu pria ini tentang putranya dan keputusan yang harus segera ia ambil. Pria ini berkata pada Pauline, “Saya ingin memberimu beberapa saran. Silakan lakukan operasinya, kemungkinan sebesar 5% lebih baik daripada tidak ada kemungkinan sama sekali. Ketika saya masih muda, dokter juga menyerah akan kondisi saya, namun lihat, saya masih berada di sini sekarang.” Selagi pria ini berbicara dengan lembut, Pauline merasakan kata-kata pria ini memenuhinya dengan harapan dan keberanian untuk menghadapi apapun yang ada di depannya. Ia meninggalkan kapel untuk memberitahu dokter ia telah memutuskan untuk putranya dioperasi, dan ketika ia kembali ke kapel untuk berterima-kasih pada pria asing ini, pria ini sudah menghilang. Pauline bertanya kepada banyak orang di rumah sakit tetapi tidak ada satupun yang melihat pria ini.

Pauline terus memikirkan tentang pria asing ini sampai bertahun-tahun kemudian. Untuk alasan yang ia sendiri tidak mengerti, pria ini telah meninggalkan kesan begitu mendalam yang tidak dapat dilupakan Pauline. Ia berharap ia dapat mengucapkan terima kasih akan apa yang telah dilakukan pria ini. Ia berharap ia bisa memberitahu pria ini bahwa putranya berhasil melalui semuanya, dan sekarang hidup sehat sentosa.

Dua belas tahun kemudian (th1984), Pauline dan suaminya Joseph sedang dalam perjalanan dari California ke New York. Saudari ipar mereka yang juga ikut dalam perjalanan tersebut mengalami gejala-gejala yang terkait dengan penyakit jantung. Pauline menceritakan ketakutannya kepada teman dekatnya, dan teman tersebut berkata pada Pauline, “Pauline, jangan khawatir. Saya akan memberimu foto seorang santo yang sangat hebat. Kamu dapat meletakkannya di dashboard mobilmu. Ia akan melindungi saudari iparmu dan kalian semua akan sampai di tujuan dengan selamat.”

Ketika Pauline melihat foto tersebut, ia merasa tidak percaya. Di foto itu adalah pria baik hati yang selalu ia pikirkan; pria yang mengingatkannya pada Santo Yosef. Itu adalah pria yang waktu itu datang ke kapel di rumah sakit pada masa-masa tergelap dalam hidupnya (1972); yang kata-katanya telah memberi harapan dan keberanian bagi Pauline. Pria itu adalah Padre Pio (yang telah dipanggil Tuhan pada tgl 23 Sep1968 )..


Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.
(Yak 1:12)



Orang Kudus adalah…

Beberapa orang merasa bahwa orang-orang kudus lahir sebagai orang kudus dan
bahwa Allah memberi mereka rahmat yang tidak Dia tidak berikan kepada orang lain.
Mereka tidak berusaha sendiri untuk kekudusannya. Tetapi Padre Pio menjadi kudus dengan usahanya sendiri dan dengan rahmat kasih karunia Allah.

Beberapa orang merasa bahwa orang-orang kudus itu sedemikian kudusnya sehingga tidak mungkin meniru mereka. Tapi Yesus berkata dalam Mat 5:48  : “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."
Padre Pio memahami hal ini dan dia menjadi orang suci.

Beberapa orang merasa sulit untuk memahami orang-orang kudus, yang hidup dalam penyangkalan diri, mati raga, pengorbanan, dan kadang-kadang, bahkan kemartiran. Para orang kudus  terlihat  "aneh" sehingga mereka tidak mempelajari kehidupan mereka.

Padre Pio berkata: "Aku akan berdiri di pintu surga sampai semua anak-anak rohani saya sudah ada bersama saya.” Namun demikian, Padre Pio ingin kita melakukan bagian kita, untuk melakukan ‘pekerjaan rumah’ kita.

Beberapa orang merasa bahwa kita tidak akan pernah bisa mengukur kehidupan orang-orang kudus. St.Paulus berkata, "Bukan aku lagi yang hidup, tapi Kristuslah yang hidup dalam diriku. "
Padre Pio menunjukkan bahwa selama Misa berlangsung, Yesus sungguh hadir, nyata dan hidup dalam dirinya. Yesus harus hidup dalam diri kita juga.


 
Bagaimana caranya ?

St.Pio melaksanakan dengan cara yang heroik apa yang ia kotbahkan:

1 Berdoa, berharap, dan jangan khawatir.

2 Tanpa Misa kehidupan kita kosong.

3 Kita serahkan masa depan kita pada penyelenggaraan Allah.

4. Kita harus mematuhi Bapa Paus.

5. Mulailah untuk membentuk kelompok-kelompok doa di komunitas Anda.

6 Mengenali Yesus dalam diri orang yang sakit.

7 Hindari gosip dalam hal apapun.

8 Mengkritik hanya diri sendiri, bukan orang lain.

9. Ada banyak jiwa untuk diselamatkan.

10 Angkat suara Anda sedikit untuk membela Allah.

(P. Louis Solcia, C.R.S.P.)


"Jangan mengatasi masalah kehidupan ini dengan kekhawatiran, melainkan, dengan harapan yang teguh bahwa Allah Bapa yang memilikimu akan membebaskan engkau dari semua masalah itu. Dia menopangmu sampai saat ini. Berpeganglah erat pada tangan pemeliharaan ilahi-Nya dan Dia akan membantu engkau dalam setiap peristiwa kehidupan, dan ketika Anda tidak dapat berjalan, Dia akan menuntun engkau.
Jangan berpikir tentang hari esok karena Bapa Surgawi yang sama yang memelihara engkau hari ini akan melakukan hal yang sama esok hari dan selamanya... St. Padre Pio

2 komentar:

  1. Mohon banduan Doa Sahabat Padre Pio Yth, Saya sedang menghadapi pergulatan dan pada awalnya saya berdoa dengan perantaraan Padre Pio dan dikabulkan, pada tahap kedua saya mengalami kesulitan dalam mengumpulkan biaya perkawinan yg tidak sedikit juga mengalami banyak kendala dalam menjalani prosesi pernikahan, mohon dukungan Doa para sahabat Padre Pio Yth Agar apa yang saya sudah jalani bisa dilalui dengan baik dan kami dapat mengumpulkan uang dalam waktu yg singkat dan segerabisa menikah, usaha saya sedang sepi dan cenderung merugi, Terima kasih GBU

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baik Pak, kami akan doakan. Kalau berkenan mohon Bapak info email dan nomer telp utk memudahkan komunikasi. Terima kasih.
      email kami : kompadrepio@gmail.com.
      Tuhan Yesus memberkati, Bunda Maria dan Padre Pio mendoakan Bapak selalu. Amin. Pray, Hope, and Don't worry...

      Hapus