“Lihatlah ketenaran yang dia
miliki ! Berapa banyak pengikutnya dari seluruh dunia. Mengapa? Apakah karena
beliau adalah seorang filsuf, ilmuwan? Tidak, semua ini terjadi karena beliau
merayakan Misa dengan rendah hati, mendengarkan pengakuan dosa dari pagi sampai
malam dan menjadi representasi dari Tuhan Yesus yang menandainya dengan
luka-lukaNya (stigmata). Beliau benar-benar manusia pendoa dan penderita.”
-Paus Paulus VI
Cerita tentang penyembuhan
Giovanni Savino berikut ini didokumentasikan dengan baik dan didukung dengan
informasi dan analisis faktual. Pastor Dominic Meyer, sekretaris Padre Pio
selama dua belas tahun, menuliskan secara detail mengenai penyembuhan Giovanni
di bulan Juli di tahun 1949. Ketika kisah ini dipublikasikan untuk pertama
kalinya, hal ini menarik banyak peziarah untuk datang mengunjungi San Giovanni
Rotondo.
Penyembuhan Giovanni Savino
Giovanni Savino, seorang pekerja
konstruksi dan seorang anggota Ordo Ketiga Santo Fransiskus, adalah seorang
anak spiritual Padre Pio. Pada Februari 1949, Giovanni sedang menyelesaikan
konstruksi paviliun biara Padre Pio. Para pekerja sedang meratakan tanah dan
bersiap-siap meledakkan batu besar.
Sudah menjadi kebiasaan bagi Giovanni
untuk menghadiri Misa pagi yang dipimpin Padre Pio sebelum bekerja. Seusai
Misa, Giovanni akan menunggu di sakristi untuk menerima berkat dari Padre Pio.
Setiap pagi Padre Pio akan menumpangkan tangannya di kepala Giovanni dan berdoa
untuknya.
Suatu pagi Padre Pio melakukan hal
di luar kebiasaan rutinnya. Ketika Giovanni minta diberkati, Padre Pio
memeluknya erat dan berkata, “Berbesar hatilah! Aku berdoa kepada Tuhan supaya
engkau tidak akan meninggal.” Giovanni sangat terkejut dengan kata-kata Padre
Pio. Ia mulai menangis. “Padre Pio, apa yang akan terjadi padaku?” tanya
Giovanni. Namun Padre Pio tetap diam.
Tiga hari ke depan Giovanni terus
meminta berkat, namun Padre Pio hanya memeluknya dan mengatakan hal yang sama.
Ketika beliau mengulangi kata-kata yang sama di hari keempat, Giovanni berkata
pada pekerja konstruksi lainnya, “Saya takut ada sesuatu buruk yang akan
terjadi. Mungkin sebaiknya kita tidak usah bekerja hari ini.” Namun pekerja
lainnya memutuskan untuk tetap menghancurkan bebatuan dan meratakan tanah.
Siang itu Giovanni dan seorang
pekerja lainnya mendapat tugas meletakkan dinamit di bawah batu besar. Giovanni
menyalakan sumbu dinamit, namun dinamit tidak meledak. Setelah beberapa menit
ia kembali untuk memeriksa dinamit tersebut. Tepat ketika ia membungkuk,
dinamit tersebut meledak di mukanya. Bebatuan jatuh mengenai Giovanni. Batu
yang dipijaknya jatuh dan ia kehilangan kesadaran. Seluruh mukanya dipenuhi
luka bakar dan kulitnya terkelupas. Mata kirinya kemasukan kerikil dan bebatuan,
sedangkan mata kanannya sepenuhnya hilang, dengan sedikit daging tersisa di
lubang matanya.
Giovanni segera dibawa ke rumah
sakit. Mata kirinya segera dioperasi namun tidak ada yang dapat dilakukan
terhadap mata kanannya. Dokter memberitahu istri Giovanni bahwa kedua mata
suaminya sudah rusak. Padre Pio diberitahu tentang kecelakaan yang menimpa
Giovanni dan bahwa Giovanni telah menjadi buta. “Hal itu belum pasti,” ucap
Padre Pio.
Giovanni sadar setelah tiga hari.
Seluruh kepala dan mukanya tertutup oleh perban. Ia diberitahu bahwa ada
kemungkinan mata kirinya bisa diselamatkan, namun tidak ada harapan bagi mata
kanannya. Di saat yang sama, Padre Pio meminta semua orang untuk berdoa untuk
Giovanni. Beliau mengeluarkan Sakramen Mahakudus dan berkata, “Bapa,
kupersembahkan kepada-Mu satu mataku untuk Giovanni, karena ia adalah seorang
ayah dari sebuah keluarga.”
Suatu malam, setelah 10 hari
berada di rumah sakit, ketika Giovanni sedang berdoa rosario, ia mencium bau
harum “aroma surgawi”, sangat indah, sangat surgawi. Bau harum tersebut
menandakan kehadiran Padre Pio.
Giovanni merasakan tamparan ringan
di mata kanannya, yang hancur terkena ledakan dinamit. “Siapakah yang menyentuh
saya?” begitu kata Giovanni. Namun tidak ada siapapun di sana. Ia merasa seakan
seseorang sedang berdiri di sebelah ranjangnya. Lalu ia sadar bahwa Padre Pio
sedang datang. “Kembalikan penglihatan saya, Padre Pio, atau biarkan saya
mati,” ucap Giovanni. “Saya tidak sanggup hidup seperti ini.”
Paginya, ketika dokter melepas perbannya,
ia menyadari bahwa seluruh muka Giovanni sudah sembuh dan ditumbuhi kulit baru.
Lalu dokter tersebut memeriksa mata Giovanni. “Saya dapat melihatmu!” ucap
Giovanni. “Saya dapat melihatmu dengan mata kanan saya!”
Dokter bersikeras bahwa Giovanni
sedang melihat menggunakan mata kirinya, karena mata kanannya sudah sepenuhnya
rusak. Setelah pemeriksaan lebih lanjut, terbukti bahwa Giovanni mengatakan
yang sebenarnya. Ia tidak dapat melihat melalui matanya yang sudah dibersihkan
dari serpihan batu, namun ia bisa melihat melalui matanya yang hancur
berkeping-keping terkena ledakan dinamit.
Dokternya sangat terkejut dan
berkata, “Siapakah santo di balik ini? Siapakah pelindungmu?” Giovanni
menjawab, “Saya berdoa melalui Padre Pio dan beliau telah merawat saya.”
Dokternya, yang merupakan seorang atheis, lalu berkata, “Sekarang saya pun
percaya. Saya percaya karena semua ini terjadi di depan mata saya.”
Ketika Giovanni keluar dari rumah
sakit, ia pergi ke biara untuk mengucapkan terima kasih kepada Padre Pio atas
doa-doanya. Padre Pio berkata, “Mari kita mengucap syukur kepada Bapa karena
engkau tidak meninggal.” Lalu beliau menambahkan pada Giovanni, “Kalau saja
anda tahu harga apa yang harus saya bayar.”
Pieter Cugino yang biasa
mengunjungi biara Padre Pio, mengatakan: Suatu hari di kebun, setelah berbicara
kepada beberapa biarawan, Padre Pio tiba-tiba berucap, “Saya buta. Saya tidak
dapat melihat apapun.” Setelah beberapa waktu, penglihatan Padre Pio kembali.
Di saat tidak semua orang memahami insiden ini, kita tahu bahwa Padre Pio
banyak mempersembahkan doa dan pengorbanan untuk Giovanni dan mendorong kita
untuk melakukan hal yang sama untuk orang lain.
Sebagai ucapan terima kasih atas
mukjizat yang ia alami, Giovanni dan istrinya mempersembahkan kepada Tuhan anak
yang sedang dalam kandungan istrinya. Padre Pio lalu menamai anak ini
Francesco, dan ia tumbuh menjadi seorang imam Capuchin.
Pastor Raffaelle, satu dari
biarawan di San Giovanni Rotondo menganjurkan Giovanni untuk pergi ke Roma dan
mengunjungi dokter mata lain yang dapat menyembuhkan mata kirinya. Giovanni
meminta tanggapan Padre Pio akan perihal ini, namun Padre Pio berkata, “Tidak
perlu. Kita telah mendapatkan berkah yang kita minta. Walaupun engkau pergi ke
Roma, kondisimu tidak akan menjadi lebih baik dari yang sekarang kau alami.”
Giovanni bukan satu-satunya
anggota keluarga yang mendapat berkah
dari doa-doa Padre Pio. Anak-anak Giovanni juga mendapat pertolongan di
saat-saat krisis. Putri termuda Giovanni, Lina, sedang dalam perjalanan menuju
sebuah pesta ulang tahun ketika ia tertabrak sepeda motor. Ini terjadi saat
rumah sakit Padre Pio belum dibangun, Lina dibawa ke UGD dan tidak sadarkan
diri dalam perjalanan. Lina mengalami koma karena trauma di kepalanya dan
terjadi beberapa pendarahan dalam tubuhnya.
Giovanni dan istrinya bergegas
pergi ke biara dan memberi tahu Padre Pio. Pasangan ini mendeskripsikan “Padre
Pio melihat ke surga seakan ia melihat realitas lain,” dan berkata, “Mari kita
semua berdoa untuk Lina dan menyerahkan semua ini ke dalam tangan Bapa di
surga.” Setelah itu kondisi Lina membaik dengan cepat dan ia sembuh sepenuhnya.
Walaupun banyak orang yang disembuhkan dengan perantaraan doa Padre
Pio, seperti dalam penyembuhan Giovanni Savino, beliau tidak pernah mau menerima
pujian. “Tidak ada yang karenaku. Saya bukanlah seorang pembuat mujizat. Tanpa
bantuan Tuhan saya tidak lebih dari seorang pendosa.” Ketika orang-orang datang
untuk mengucapkan terima kasih kepada Padre Pio atas doa-doanya, beliau akan
menjawab, “Jangan berterima-kasih kepadaku. Berterima-kasihlah kepada Bapa dan
Bunda kita. Mereka yang bertanggung jawab di balik kesembuhanmu.”
Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong
dalam kesesakan sangat terbukti. Oleh sebab itu kita tidak akan takut,
sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut. (Mazmur 46: 1,2)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Surat Padre Pio kepada Paus Paulus
VI
Padre Pio memiliki devosi
mendalam terhadap sang Paus. Setiap hari Padre Pio bangun pada pukul dua subuh
dan mulai berdoa. Lampu di kamar Padre Pio harus ditutupi agar cahayanya tidak
menyilaukan, namun penutupnya dibuka sedemikian rupa hingga cahayanya selalu
jatuh menyinari foto gambar Bapa Paus yang diletakkan di meja. Sebelum cahaya
jatuh tepat di gambar Bapa Paus, Padre Pio tidak akan merasa puas. Beginilah
Padre Pio memulai harinya --berdoa untuk Bapa Suci. Tidak lama sebelum wafat,
beliau menulis sepucuk surat untuk Paus Paulus VI. Kata-kata beliau masih
relevan hingga hari ini.
Yang Mulia,
… Di dalam semangat iman, kasih,
dan kepatuhan terhadap Dia yang Maha Besar yang engkau wakili di dunia ini,
saya haturkan hormat saya kepada Anda…
Saya tahu hati Anda banyak
menderita karena persoalan-persoalan
yang terjadi dalam Gereja; untuk perdamaian dunia, untuk memenuhi kebutuhan
besar umat; namun diatas semua itu, untuk kurangnya ketaatan orang-orang terhadap
pengajaran Anda -- yang diinspirasikan oleh Roh Kudus dan dalam nama Bapa di
surga -- yang disampaikan kepada kami. Saya persembahkan doa dan penderitaan
untuk Yang Mulia, memohon pada Bapa untuk menghibur Anda dengan kasih
karunia-Nya agar Anda dapat melanjutkan jalan-Nya -- yang kadang berbeban berat
-- dalam mempertahankan kebenaran-kebenaran kekal yang tak akan pernah berubah
dengan berjalannya waktu.
Semoga Bapa menganugerahkan
kemenangan akan kebenaran, perdamaian bagi Gereja-Nya, sehinga ketika awan-awan
yang mengganggu ini terlewati, Kerajaan Allah bisa memenangkan semua hati,
melalui karya-karya kerasulan Gembala Agung bagi semua umat Kristiani.
Bersujud di kaki Anda, saya mohon
Anda memberkati saya, saudara-saudari saya dalam iman, anak-anak rohani saya,
kelompok doa saya, dan semua orang sakit -- supaya kita setia melakukan semua perbuatan baik dalam nama
Yesus Kristus dan di bawah perlindungan Anda.
Hamba dari Yang Mulia,
Padre Pio, Capuchin
San Giovanni Rotondo, 12
September 1968
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Padre Pio dan kawan-kawan-nya
Pauline Bongiovanni dari San
Diego berbagi tentang pengalamannya dalam salah satu acara devosi terhadap
Padre Pio. Ia menceritakan tentang rahmat yang diterima keluarganya lewat
perantaraan doa Padre Pio. Kisahnya begitu inspiratif hingga kami ingin
memasukkannya di sini.
Pada tahun 1972, putra Pauline dan
Joseph Bongiovanni yang berusia sepuluh tahun; Ignazio (Zino) Bongiovanni,
didiagnosa osteosarcoma, salah satu jenis kanker tulang yang paling agresif dan
mematikan. Kondisi Zino sudah di stadium lanjut, sehingga usia Zino
diperkirakan tidak lebih dari tiga bulan lagi. Dokter mengatakan tidak ada lagi
yang bisa dilakukan untuk Zino. Keluarga Bongiovanni lalu membawa Zino ke
dokter lain dengan harapan mendapatkan jawaban yang berbeda, namun dokter kedua
juga mengatakan hal yang sama dengan dokter pertama. Pauline bertanya kepada
dokter kedua, tidak adakah apapun yang dapat dilakukan untuk putranya. Dokter
itu berkata bahwa ia bisa saja mengamputasi kaki Zino, namun ia tidak
menganjurkannya karena walaupun langkah ini diambil, kemungkinan hidup Zino
hanya akan menjadi 5%. Dokter tersebut berkata bahwa mungkin akan lebih baik
bagi Zino untuk hidup sesuai dengan waktunya yang tersisa tanpa harus menderita
trauma amputasi.
Pauline dan suaminya harus
mengambil keputusan besar mengenai penanganan medis bagi putra mereka. Suatu
hari, dalam kondisi penuh kegelisahan, Pauline mengunjungi kapel rumah sakit
dan berlutut berdoa meminta bimbingan.
Tidak lama kemudian seorang pria
masuk ke dalam kapel. Ia menyentuh bahu Pauline dan bertanya apakah ada yang
dapat ia lakukan untuk membantu Pauline. Pauline merasa malu karena sedang
menangis, oleh karena itu ia tidak membalikkan badan untuk menghadap pria asing
tersebut. Ia menggelengkan kepala sebagai pertanda ia tidak ingin berbicara.
Beberapa saat kemudian pria ini menepuk pundaknya lagi dan berkata, “Biarkan
saya membantumu. Mungkin saya bisa memberikan saran untukmu.” Pauline terkejut
oleh kata-kata tersebut karena di saat itu ia sedang berdoa kepada Bunda Maria
meminta saran. Sekali lagi ia menolak untuk berbicara kepada pria itu. Untuk
ketiga kalinya pria itu menepuk pundak Pauline dan Pauline akhirnya menoleh
untuk melihat pria yang sangat bersikeras ini. Pauline sangat amat kaget. “Saya
tidak percaya ini,” ucapnya pada dirinya sendiri. “Ini Santo Yosef.”
Tentu saja ia sadar bahwa pria ini
tidak benar-benar Santo Yosef, tetapi orang ini mengingatkannya pada Santo
Yosef. Kedua bola matanya begitu besar dan indah. Ia memiliki jenggot. Raut
mukanya menunjukkan perhatian dan cinta. Pauline memberitahu pria ini tentang
putranya dan keputusan yang harus segera ia ambil. Pria ini berkata pada
Pauline, “Saya ingin memberimu beberapa saran. Silakan lakukan operasinya,
kemungkinan sebesar 5% lebih baik daripada tidak ada kemungkinan sama sekali.
Ketika saya masih muda, dokter juga menyerah akan kondisi saya, namun lihat,
saya masih berada di sini sekarang.” Selagi pria ini berbicara dengan lembut,
Pauline merasakan kata-kata pria ini memenuhinya dengan harapan dan keberanian
untuk menghadapi apapun yang ada di depannya. Ia meninggalkan kapel untuk
memberitahu dokter ia telah memutuskan untuk putranya dioperasi, dan ketika ia
kembali ke kapel untuk berterima-kasih pada pria asing ini, pria ini sudah
menghilang. Pauline bertanya kepada banyak orang di rumah sakit tetapi tidak
ada satupun yang melihat pria ini.
Pauline terus memikirkan tentang
pria asing ini sampai bertahun-tahun kemudian. Untuk alasan yang ia sendiri
tidak mengerti, pria ini telah meninggalkan kesan begitu mendalam yang tidak
dapat dilupakan Pauline. Ia berharap ia dapat mengucapkan terima kasih akan apa
yang telah dilakukan pria ini. Ia berharap ia bisa memberitahu pria ini bahwa
putranya berhasil melalui semuanya, dan sekarang hidup sehat sentosa.
Dua belas tahun kemudian (th1984),
Pauline dan suaminya Joseph sedang dalam perjalanan dari California ke New
York. Saudari ipar mereka yang juga ikut dalam perjalanan tersebut mengalami
gejala-gejala yang terkait dengan penyakit jantung. Pauline menceritakan
ketakutannya kepada teman dekatnya, dan teman tersebut berkata pada Pauline,
“Pauline, jangan khawatir. Saya akan memberimu foto seorang santo yang sangat
hebat. Kamu dapat meletakkannya di dashboard mobilmu. Ia akan melindungi
saudari iparmu dan kalian semua akan sampai di tujuan dengan selamat.”
Ketika Pauline melihat foto
tersebut, ia merasa tidak percaya. Di foto itu adalah pria baik hati yang selalu
ia pikirkan; pria yang mengingatkannya pada Santo Yosef. Itu adalah pria yang
waktu itu datang ke kapel di rumah sakit pada masa-masa tergelap dalam hidupnya
(1972); yang kata-katanya telah memberi harapan dan keberanian bagi Pauline.
Pria itu adalah Padre Pio (yang telah dipanggil Tuhan pada tgl 23 Sep1968 )..
Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia
sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah
kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.
(Yak 1:12)
Orang Kudus adalah…
Beberapa orang merasa bahwa
orang-orang kudus lahir sebagai orang kudus dan
bahwa Allah memberi mereka rahmat
yang tidak Dia tidak berikan kepada orang lain.
Mereka tidak berusaha sendiri
untuk kekudusannya. Tetapi Padre Pio menjadi kudus dengan usahanya sendiri dan
dengan rahmat kasih karunia Allah.
Beberapa orang merasa bahwa
orang-orang kudus itu sedemikian kudusnya sehingga tidak mungkin meniru mereka.
Tapi Yesus berkata dalam Mat 5:48 :
“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah
sempurna."
Padre Pio memahami hal ini dan dia
menjadi orang suci.
Beberapa orang merasa sulit untuk
memahami orang-orang kudus, yang hidup dalam penyangkalan diri, mati raga,
pengorbanan, dan kadang-kadang, bahkan kemartiran. Para orang kudus terlihat
"aneh" sehingga mereka tidak mempelajari kehidupan mereka.
Padre Pio berkata: "Aku akan
berdiri di pintu surga sampai semua anak-anak rohani saya sudah ada bersama
saya.” Namun demikian, Padre Pio ingin kita melakukan bagian kita, untuk
melakukan ‘pekerjaan rumah’ kita.
Beberapa orang merasa bahwa kita
tidak akan pernah bisa mengukur kehidupan orang-orang kudus. St.Paulus berkata,
"Bukan aku lagi yang hidup, tapi Kristuslah yang hidup dalam diriku.
"
Padre Pio menunjukkan bahwa selama
Misa berlangsung, Yesus sungguh hadir, nyata dan hidup dalam dirinya. Yesus
harus hidup dalam diri kita juga.
Bagaimana caranya ?
St.Pio melaksanakan dengan cara
yang heroik apa yang ia kotbahkan:
1 Berdoa, berharap, dan jangan
khawatir.
2 Tanpa Misa kehidupan kita
kosong.
3 Kita serahkan masa depan kita
pada penyelenggaraan Allah.
4. Kita harus mematuhi Bapa Paus.
5. Mulailah untuk membentuk
kelompok-kelompok doa di komunitas Anda.
6 Mengenali Yesus dalam diri orang
yang sakit.
7 Hindari gosip dalam hal apapun.
8 Mengkritik hanya diri sendiri,
bukan orang lain.
9. Ada banyak jiwa untuk
diselamatkan.
10 Angkat suara Anda sedikit untuk
membela Allah.
(P. Louis Solcia, C.R.S.P.)
"Jangan mengatasi masalah
kehidupan ini dengan kekhawatiran, melainkan, dengan harapan yang teguh bahwa
Allah Bapa yang memilikimu akan membebaskan engkau dari semua masalah itu. Dia
menopangmu sampai saat ini. Berpeganglah erat pada tangan pemeliharaan
ilahi-Nya dan Dia akan membantu engkau dalam setiap peristiwa kehidupan, dan
ketika Anda tidak dapat berjalan, Dia akan menuntun engkau.
Jangan berpikir tentang hari esok karena Bapa Surgawi
yang sama yang memelihara engkau hari ini akan melakukan hal yang sama esok
hari dan selamanya... St. Padre Pio
Mohon banduan Doa Sahabat Padre Pio Yth, Saya sedang menghadapi pergulatan dan pada awalnya saya berdoa dengan perantaraan Padre Pio dan dikabulkan, pada tahap kedua saya mengalami kesulitan dalam mengumpulkan biaya perkawinan yg tidak sedikit juga mengalami banyak kendala dalam menjalani prosesi pernikahan, mohon dukungan Doa para sahabat Padre Pio Yth Agar apa yang saya sudah jalani bisa dilalui dengan baik dan kami dapat mengumpulkan uang dalam waktu yg singkat dan segerabisa menikah, usaha saya sedang sepi dan cenderung merugi, Terima kasih GBU
BalasHapusBaik Pak, kami akan doakan. Kalau berkenan mohon Bapak info email dan nomer telp utk memudahkan komunikasi. Terima kasih.
Hapusemail kami : kompadrepio@gmail.com.
Tuhan Yesus memberkati, Bunda Maria dan Padre Pio mendoakan Bapak selalu. Amin. Pray, Hope, and Don't worry...